Tapi hujannya sendiri memang sejak sore sudah turun," kata Warsidi (46), salah satu pemilik kios saat ditemui wartawan disela bersih-bersih lokasi usahanya.
Warsidi menambahkan, dengan kondisi rusak berat pada sejumlah kios, pengelola memutuskan menutup kawasan wisata tersebut tanpa adanya ketentuan batas waktu. Terlebih setelah tiupan angin kencang diakui masih terus terjadi. "Ya ini bersih-bersihnya sendiri selesai kapan kami juga nggak tahu. Pokoknya kalau aman lanjut, kalau kelihatan bahaya berhenti dulu," sambungnya.
Dilakukannya penutupan kawasan wisata di lereng Gunung Wilis tersebut, secara langsung menimbulkan kekecewaan di kalangan pengunjung. Mereka mengaku baru mengetahui adanya bencana tersebut setelah sampai di lokasi.
"Pengelola nggak memasang pengumuman di bawah. Lha ini kami sudah jauh-jauh naik, sampai disini nggak tahunya ditutup," kata Siswanto, salah satu calon pengunjung dengan nada kecewa.
Secara terpisah pihak pengelola juga mengaku merasakan kekecewaan, karena bencana puting beliung tersebut menimbulkan kerugian yang tak sedikit. Dari penjualan tiket, jika kawasan wisata tersebut dibuka bisa menghasilkan nilai hingga jutaan rupiah dalam sehari.
"Mau kecewa ya memang kecewa, karena kalau tutup begini kan nggak ada pemasukan. Tapi mau kecewa juga bagaimana, ini kan juga bencana yang kami sendiri tidak memintanya," ungkap Pirin, salah satu petugas di kawasan wisata air terjun Besuki.
Terkait tidak adanya pengumuman bagi calon pengunjung, hingga menimbulkan adanya kekecewaan, Pirin mengakui bukan karena kesengajaan. Pengelola mengaku hanya belum sempat memasang pengumuman tersebut. "Kami sendiri tahunya kalau ada puting beliung kan pagi tadi, makanya belum sempat pasang pengumuman air terjun ditutup," pungkasnya. (bdh/bdh) (detiksurabaya)